Belanja Bersama Anak


Minggu ini, aku mendapatkan pengalaman yang sangat jarang sekali aku temukan. Kejadian aneh yang mungkin tidak pernah aku temui sebelumnya. Selagi kami sedang berlibur di luar kota, sekitar jam 8 atau 9, saudaraku mengajak untuk pergi berjalan ke sekitar tempat kami menginap. Selayaknya saudara-saudara pada umumnya, ada sedikit cek-cok hanya kerena ada yang tidak setuju dengan tujuan utamanya. Namun, dengan cepat kami menemukan jalan keluarnya. Hanya bermodalkan sepatu dan tenaga, kami memutuskan untuk pergi ke pusat perbelanjaan yang terkenal di kota tersebut.

Sesampainya di sana, kami berempat ingin memulainya dengan sarapan. Beres menyantap makanan yang sudah kami beli, kami segera pergi ke bagian perbelanjaan. Ada banyak macam hal yang dijual di sana, seperti pakaian, perna-pernik, aksesoris, dan berbagai macam lainnya. Saudara tertuaku, juga saudaraku yang lebih muda 2 tahun dariku, yang dimana dia mereka perempuan, sangatlah bersemangat. Sedangkan kami, para lelaki, hanya mengikuti mereka berkeliling. Ditemani dengan sedikit jajanan yang kami beli sebelumnya selesai sarapan.

Seperti yang sudah aku bilang di artikel ini. Berputar-putar menemani para perempuan belanja termasuk sebuah jenis olahraga. Aku sedikit heran, bagaimana perempuan-perempuan itu betah berputar-putar dengan tujuan mencari barang yang pas menurut mereka. Aku ambil handphone dari kantongku, menatapnya sejenak dan mengetahui kalau sekarang sudah jam 1, sudah 1 jam berlalu sejak aku tinggal mereka untuk berjalan-jalan. Aku pun menelfon mereka, ingin mengetahui dimana  posisi mereka sekarang.

Sesudah mengetahui posisi mereka, aku mengajak saudaraku (yang laki-laki tentunya) untuk segera menjemput mereka. Sepertinya mereka telah menemukan apa yang mereka cari. Tampak dari luar toko, mereka sedang berada di kasir, dengan membawa baju di tangan masing-masing. Di momen itulah kejadian yang aku maksud. Aku melihat ada seorang ibu-ibu yang berjalan bersama 2 orang anaknya. Sepertinya mereka (anak-anak yang bersama ibu tadi) diajak oleh ibunya untuk berjalan-jalan dan belanja, persis seperti kami. Anak ibu itu 1 cewek dan 1 cowok. Kelihatan sekali dari gerak-geriknya, anak cewek yang berumur sekitar 7 tahun itu suka berbelanja. Berkali-kali Ia menawarkan barang-barang yang menurutnya cocok untuk-nya atau mungkin ibunya. Sedangkan anak satunya, yang kalau aku kira-kira mungkin masih berumur 3-4 tahun. Kurang mengerti apa yang sebenarnya dia lakukan di sana. Mereka asik jalan ke sana-sini melihat-lihat barang yang menarik untuk mereka.

Sepertinya tidak ada yang aneh, tidak ada hal yang mengherankan. Tapi, tidak bagiku. Ada satu hal yang membuatku mempertanyakan bagaimana jalannya pikiran ibu itu. Sering sekali ibu itu berjalan menuju barang yang ia minati dengan santainya, kurang memperhatikan anak-anak mereka. Tidak masalah bagi yang perempuan karena dia sudah besar, dia tahu kalau semua barang yang ada di sana itu bukan miliknya. Tapi, bagaimana dengan anaknya yang laki-laki? Berkali-kali aku melihat anak itu mengambil barang yang di pajang di atas meja. Bahkan, mungkin khawatir bila-bila barang mereka rusak, pegawai-pegawai yang ada di sana sampai turun tangan, meminta anak laki-laki itu mengembalikan barangnya pada tempatnya.  Ya, aku tahu kalau anak itu masih kecil, dan mungkin tidak tahu kalau barang-barang tersebut dapat rusak apabila jatuh atau patah. Yang aku permasalahkan adalah bagaimana ibu itu dengan santainya tidak memperhatikan anaknya sendiri? Bahkan ketika pegawainya turun tangan pun, ibu itu masih asik memperhatikan kaca, menimbang-nimbang apakah tas yang ia kenakan itu cocok untuknya. Untunglah tidak ada barang yang jatuh ataupun patah dari kejadian tersebut. 

Intinya, bukankah bagi perempuan yang telah memiliki anak, prioritas utamanya adalah sang buah hati? Kalau-kalau memang ingin sekali untuk belanja, minimal ada dong seseorang untuk menjaga anaknya. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Takutnya, anaknya terluka terkena benda tajam atau terjatuh karena kurang diperhatikan. Juga menghindari kejadian seperti di atas yang mungking dapat merugikan toko tersebut.

Yah begitulah inti dari ceritaku, perjalananku dengan saudaraku diakhiri dengan saudara-saudaraku yang perempuan mendapatkan barang yang diinginkan. Tetapi tidak untuk kami para lelaki, tidak mendapatkan apa pun. Setidaknya aku mendapat pelajaran bahwa apabila nantinya aku memiliki anak, maka aku harus dapat mengesampingkan egoku dan lebih memperhatikan anak sendiri.


Sekian blog tentang perjalanan mingguku.

Comments