Artis Favorit

Bertemu dengan artis idola, tentu saja itu adalah hal yang diinginkan semua orang. Tapi bagaimana jadinya kalau artis yang kita idola-idolakan telah meninggal? Banyak orang yang masih mengidolakan seseorang yang telah tiada. Memangnya apa saja bentuk mengidolakan? Aku akan mengambil satu contoh. Biasanya, seorang fans, fanatik khususnya, mempunyai poster atau kertas yang bergambarkan muka artis idolanya. Sudah bukan rahasia lagi, juga ada orang yang menempel seluruh tembok kamarnya dengan muka artis idolanya.

Namun, apa kalian pernah membayangkan? Bahwa dengan fakta kalau orang tersebut tidur dengan sekumpulan mata di sekelilingnya. Aku tidak akan panjang dalam menceritakannya, jadi tolong perhatikan dengan benar.

Gelap, tidak kelihatan apa pun, memangnya dimana ini? Aku yakin, bukannya tadi aku tidur di kamarku yang nyaman? Tempat ini aneh, kenapa ada bau busuk di sini? Kalau dipikir-pikir, baunya seperti bangkai. Hmm? Sepertinya yang aku pegang ini adalah dinding. Bagus, setidaknya aku dapat  menyusuri tempat ini dengan tetap berpegangan pada dinding ini. Aku mencoba untuk menyusuri tempat ini. Namun tampaknya, yang aku temukan hanyalah sebuah ruangan berbentuk persegi dengan 1 pintu di tengah salah satu sisi dinding. Anehnya, ketika aku memutari ruangan ini, aku yakin kalau telapak tanganku menyentuh kertas-kertas yang sepertinya terletak hampir di setiap sudut di ruangan ini.

Setelah kuingat lagi, bukankah denah ruangan ini hampir 100% sama dengan kamarku? Bahkan, letak pintu yang berada di tengah antara dinding satu dengan yang lainnya. Yang beda hanya bau busuk yang menyelimuti ruangan ini. Bau yang membuatku ingin muntah. Aku merasa seperti dikurung dalam ruangan ini, satu-satunya jalan untuk keluar, dikunci. Aku berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa semua yang aku alami ini hanya mimpi. Bukankah pernah kalian mengalami kejadian, yaitu ketika kalian sadar kalau itu alah sebuah mimpi, dan tanpa sadar berhasil bangun dari mimpi buruk itu?

Ini bukan mimpi, setidaknya bagiku. Aku tidak dapat membangunkan diriku sendiri. Aku juga sudah mencubit pipiku sendiri, dan bahkan, aku juga sempat menggoreskan kuku panjangku ke daging tubuhku yang terselimuti oleh kulit tipis ini.

Seharusnya aku tidur di kamar. Tapi kenapa aku justru berada di tempat yang rasanya sama dengan kamarku ini. Satu-satunya hal yang aku ingat, aku baru saja menempelkan poster-ku yang ke 50, dilanjut tidur.

Masih sibuk mengingat-ingat kejadian malam itu. Mataku teralihkan melihat adanya cahaya kecil yang masuk dari ujung sudut ruangan yang gelap ini. Akhirnya, ada titik terang dari anehnya tempat ini. Sedikit demi sedikit, ruangan ini semakin terang. Di titik di mana bagian tengah ruangan terselimuti cahaya, ada benda yang mulai tampak. Ketika aku melihat benda itu, seketika itu juga aku merasakan mual yang sangat parah dan tak dapat menahan muntahan yang sedari tadi seakan-akan meminta kebebasan.

Sebuah tubuh. Tubuh dengan daging yang tercabik-cabik—tubuh dengan kulit yang sudah terkelupas dari tempatnya—tubuh dengan darah yang berceceran di atasnya. Semua kengerian itu bercampur dan ditambah kengerian yang menjadi-jadi. Bagian wajah dari mayat itu sama sekali tidak terluka—tidak ada bekas darah. Bahkan tidak cacat sama sekali. Rasa ngeri itu ternyata belum puas. Wajah yang ada pada mayat itu, adalah wajah yang sudah tidak asing bagiku. Itu adalah wajah yang menjadi pedoman hidupku selama ini. Masih ada sampai sekarang keinginan untuk menjadi seperti seseorang yang ada di wajah mayat itu.

Sepertinya tubuhku tidak dapat menahan kengerian yang mulai menguasai, aku merasa pusing dan gelap seketika. Aku dibangunkan dengan suara TV yang sepertinya telah menyala semalaman. Untungnya, aku bangun di kamarku sendiri. Disambut dengan berita akan artis favoritku yang dinyatakan hilang di salah satu hutan ketika sedang berlibur. Oh ya, hampir saja lupa, jangan berdoa agar dapat bertemu artis favorit kalian ketika malam hari. Karena mungkin doa kalian akan dijawab sepertiku.

Comments