Sebuah Bantuan

Cahaya matahari berada di puncak, membuat semua orang yang berada di bawahnya mengeluarkan keringat dengan derasnya. Seorang remaja laki-laki berjalan dengan riangnya, mensibukkan diri mengetik pesan yang akan dikirim ke pujaan hati. Tak jauh dari sana, ada sebuah pohon dengan daunnya yang rimbun, membuat daerah di sekitarnya tertutup cahaya matahari. Ingin mengistirahatkan diri, laki-laki itu berbaring di bawah pohon tersebut. Nyaman akan semilir angin yang sejuk, membuatnya tidur dengan sangatlah lelap.

Waktu berlalu, warna biru langit yang cerah dengan cepat mengganti tampaknya menjadi warna oranye yang indah. Laki-laki itu bangun karena mendengar suara perempuan yang membangunkannya, "Permisi mas, maaf saya terpaksa membangunkan anda. Saya tersesat, apa mas bisa bantu saya?"

Laki-laki yang baru bangun itu mengucek matanya, berusaha mayakinkan dirinya bahwa apa yang dia lihat di depannya itu nyata. Perempuan yang sangat cantik? Beruntung sekali aku bisa bertemu perempuan cantik, meminta pertolonganku lagi. Wah ini benar-benar kesempatanku. Dengan sigap laki-laki itu berdiri dan tanpa pikir panjang langsung mengucapkan, "Oh tentu saja aku bisa membantumu, sebutkan saja kamu tinggal di daerah mana."

Senang karena jawaban laki-laki itu, bibir merah perempuan itu tersenyum. Disebutkannya alamat letak dimana Ia tinggal. Sebelum mereka berjalan, laki-laki itu bilang dengan nada bangga, "Bagaiman kalau kita ke rumahmu naik motor saja? Jadi kita bisa lebih cepat sampainya."

"Oh boleh banget mas, justru bagus, saya mungkin juga sudah ditunggu oleh orang tua saya." Sahut wanita itu dengan girang dan cepat.

Mereka berjalan ke arah motor pria itu. Singkat cerita, gelap sudah datang. Namun, semakin dekat  perjalanan menuju alamat yang diberikan oleh si perempuan, semakin aneh pula keadaan jalan yang dilewati. Jalan semakin sepi, semakin sedikit orang yang lalu lalang, yang ada hanya dingin dan keheningan yang membuat bulu kuduk merinding. "Apa benar mbak, arah rumah mbak itu kesini?"

"Iya mas benar kok, saya juga ingat, terakhir kali saya juga lewat sini , jadi pasti benar."

Mendengar jawaban perempuan itu, lelaki itu menghela nafas lega. "Yasudah, saya kira salah, hehe."

Sesampainya di alamat yang dituju, laki-laki itu sempat membaca tulisan 'kuburan' Tapi Ia tidak mau berikir aneh-aneh dan tetap melanjutkan perjalanannya sambil mengucapkan lelucon "Wah rumah mbak deket sama kuburan ya, ga serem itu mba kalo malem? Mbanya kan cantik, ga takut digoda sama yang ga kelihatan malem-malem? Hahaha." Namun, perempuan itu diam saja.

Bulu kuduk pria itu sudah berdiri, keringat dingin mulai membasahi tubuh, pikiran-pikiran aneh terlintas di kepala, dan rasa gemetar pun melanda. Masih diiringi ketakutan yang semakin lama semakin memuncak, tiba-tiba perempuan itu minta berhenti. "Mas berhenti di sini saja, kasihan masnya nanti susah puter baliknya." Ucap perempuan itu dengan nada yang lembut.

Tubuh laki-laki itu semakin gemetar, dengan tergagap-gagap dia mengatakan, "Ee.. lo.. mbak, i.. ini masi di.. depan kuburan lo, belum sampai ke rumah mbak.."

Hening… perempuan cantik itu diam saja, tidak mengatakan apapun. Namun tidak lama, keheningan itu dibuyarkan dengan suara lantang dan keras seorang pria yang tiba-tiba muncul entah dari mana, "Deekkk..!! untung kamu ketemu, abah sama mama sudah nyariin kamu loh dari tadi. Kemana aja dek?"

"Halo kaak!! Iya tadi adek kesasar, untung ada mas-mas ini yang mau bantuin anterin adek sampe sini. Ini adek minta turunin sini soalnya kan jalan didepan masi diperbaikin, biar ga susah masnya kalo balik."

Berulang-ulang ucapan "Terima kasih" dari sang kakak didapatkan laki-laki itu, dilanjut dengan ucapan perpisahan dari perempuan cantik yang ia bonceng tadi.

Laki-laki itu pun memutar balik motornya, bersiap untuk pulang. "Entah, gue harus senang atau sedih." Ucap laki-laki itu dengan senyum kecil di bibirnya.

Comments